Kapal Pertama : Explorer of The Seas

Tanggal 24 September 2011 saya resmi menjadi seorang crew kapal pesiar. Perasaan bangga dan senang (lapar juga) menyelimuti waktu itu. Sampai di kapal ngapain donk?? Ternyata sampai di kapal gak dikasi ampun, langsung disuruh kerja, gak dikasi makan dulu, gak pakai istirahat dulu, gak pakai ganti baju. Kontrak pertama posisi saya adalah seorang Laundry Attendant. Baru datang saya sudah ditunggu oleh Laundry Master (sebutan untuk manager laundry di kapal), gak dijelasin apa-apa langsung disuruh gabung kerja dengan yang lain. Waktu itu anak laundry berasal dari Indonesia semua, jadi saya merasa sedikit lega. Kirain kerja di kapal bisa santai sambil ngopi-ngopi ternyata awalnya sungguh berat. Kirain Sabtu Minggu dapat libur ternyata gak ada libur sama sekali, tiap hari kerja. Waktu itu kontrak laundry selama 10 bulan, jadi tiap hari selama 10 bulan kita harus kerja terus, kecuali terbukti sakit..nahhh dimana enaknya kalau kaya gini???

Pekerjaan pertama adalah roll (nyetrika) bed sheet (sprei), yaitu memasukan bed sheet yang sudah dicuci ke mesin press atau disebut mangler di kapal. Ada bertroli-troli bed sheet yang harus dikerjain. Kita harus berdiri terus selama kerja, tuang bed sheet dari troli, pisahkan dan masukan ke mesin. Satu mesin membutuhkan 5 operator, 4 orang di depan memisahkan dan memasukan bed sheet dan satu orang jaga di belakang menata bed sheet yang telah terlipat rapi. Ini adalah mesin otomatis, kita masukan bed sheet yang setengah basah keluarnya bed sheet yang sudah kering dan dilipat rapi. Baru satu jam bekerja badan sudah terasa sangat capek dan kaki pegal-pegal. Disana saya berpikir, kayaknya lebih enak jadi guru kerjaannya cuma cuap-cuap depan kelas. Tapi saya tidak boleh menyerah, tekad bekerja di kapal sudah bulat 1001%.

Suasana anak laundry di mesin mangler

Setiap crew yang baru join (baik baru maupun lama) harus mengikuti PDST (Pre Departure Safety Training) sebelum kapal sailing. Tujuannya jika terjadi apa-apa sama kapalnya setelah berangkat kita jadi tahu apa yang harus dilakukan. Waktu itu training dimulai jam 1 siang, kita dikasi kesempatan makan terlebih dahulu di crew mess. Karena baru pertama di kapal, lay out kapal membuat saya sangat bingung. Dari satu tempat ke tempat lainnya seperti melewati labirin. Ketika kita ingin balik ke cabin/kamar, tersesat adalah hal yang biasa dialami crew yang baru join. Selama training berlangsung mata rasanya sepet banget, ingin rebahan, ingin tidur. Tapi melihat yang kasi training galak jadi saya usahakan tetap melek biar gak dikasi pertanyaan. Ini juga pengaruh jet leg, karena pada saat di New Jersey jam 1 siang, berarti di Indonesia jam 2 pagi, lagi nyenyak-nyenyaknya tidur tuh. Training berlangsung kurang lebih satu setengah jam. Setelah selesai kirain dikasi istirahat, ternyata disuruh kerja lagi hiksss…

Waktu menunjukan jam 6 sore dan akhirnya kita dikasi istirahat oleh laundry master. Pertama kali masuk cabin rasanya sangat sempit dan langit-langitnya sangat rendah bisa disentuh pakai tangan. Untuk yang phobia ruangan sempit mungkin akan jadi masalah. Buat saya oke oke saja yang penting ada tempat tidur untuk istirahat sudah cukup. Satu cabin diisi oleh dua crew member sejenis, kecuali punya suami/istri bisa tinggal satu cabin. Tempat tidurnya bertingkat, ada yang tidur di atas (top bunk) ada tidur di bawah (bottom bunk). Untuk yang baru join bisanya dapat bagian tidur di atas. Sampai sejauh ini saya belum sempat berkabar ke orang tua.

Suasana di cabin/kamar

Setelah rapi-rapi sedikit, tiba waktunya untuk tidur pertama di kapal. Jangan harapkan tidur di kapal jadi crew kaya tidur di bungalow atau hotel bintang lima, karena akan ada suara bising ac, mesin, sampai deburan ombak yang menghantam dinding kapal bisa didengar. Karena badan sudah sangat capek, suara-suara itu seperti music klasik yang membuat mata tidak bisa dibuka lagi. Tiba-tiba alarm yang saya set jam 5.30 pagi telah berbunyi, sampai tidak merasa sempat tidur, itu adalah tidur yang paling nyenyak yang pernah saya alami selama hidup. Kerja dimulai jam 6 pagi, kali ini kerjanya roll napkin (serbet) dan table cloth (taplak meja). Kira harus nge roll ribuan napkin dan tangan harus gerak cepat, awal-awalnya sangat susah karena tangan harus gerak cepat sambil terus berdiri. Kerjaan lainny adalah melipat puluhan ribu handuk.

Satu minggu pun berlalu, rasanya seperti sudah berbulan-bulan, karena lingkungannya itu-itu saja, kerja, makan ke crew mess trus ke cabin. Antara siang dan malam juga susah membedakan karena kita jarang bisa lihat keluar, lampu di kapal terus menyala. Kamar saya lokasinya di Tween Deck, yaitu dibawah deck 0, di bawah air laut. Kamar crew biasa lokasinya dari deck 2, 1, 0 dan tween deck, di bawah tween deck masih ada lagi namanya tank top. Kalau kapten, staf kapten dan orang-orang gede lainnya tinggalnya di deck atas, deck 9 dan 10.

Minggu ke dua saya dipindah jadwal oleh Laundry Master ke night shift/ masuk malam. Saya sempat menolak, karena dengar dari teman-teman disana, night shift agak ngeri juga karena kerjanya cuma ber empat, kerjaannya banyak dan harus bisa mengoperasikan mesin cuci raksasa namanya Tunnel Washer, tapi ada satu menariknya, kita bisa cari side job/kerja sampingan. Karena saya baru, jadi saya ikuti saja keinginan atasan saya. Hari pertama masuk malam kita mulai jam setengah enam sore, perkerjaan pertama adalah membatu anak pagi melipat towel/handuk.  Setelah anak pagi off tinggal 4 orang anak malam yang kerja. Lokasi kerja terdiri dari dua bagian, di tween deck dan tank top. Di tween deck adalah lokasi loading, unloading barang seperti towel, table linen, dan pool towel. Yang mau dicuci kita harus turunkan ke bawah lewat elevator atau chute, yang bersih kita naikan dan pisahkan untuk towel, sehingga kerja harus cepat supaya distribusi barang lancer. Untuk yang di tank top adalah lokasi semua mesin raksasa, ada washer extractor, dryer manual dan yang paling besar tunnel washer.

Loading area Tunnel Washer

Tunnel washer ini adalah mesin cuci otomatis raksasa yang siap melahap puluhan ton towel dan bed seet. Sebagai gambaran, explorer of the seas mampu menampung penumpang lebih dari 3000 orang. Jika semuanya mendapatkan bagian 1 large towel, 1 medium towel, 1 wash cloth dan 1 bathmat maka dibutuhkan 12.000 pcs towel, biasanya jumlah ini dikali dua atau lebih untuk memastikan sirkulasi berjalan lancer. Bisa dibayangkan jika semua towel ini kita cuci manual menggunakan washer extractor yang jumlahnya cuma 5 buah, tangan kita bisa keriting hihihi dan akan memakan banyak waktu. Tunel washer terdiri dari loading area, tunnel washer, dryer, shuttle (robot), dan controller yang semuanya dijalankan oleh program kumputer. Pertama kali lihat saya juga terkejut, nyuci handuk aja mesti pakai robot hehe.

Cara kerjanya bisa saya gambarkan begini. Biasanya sore hari tamu-tamu akan mandi karena akan diner atau pergi menonton show, towel yang terpakai akan dikumpulkan dalam red bags, (wadah polyester seukuran karung ) oleh oleh beberapa orang linen runner. Kantong-kantong ini akan dibawa ke laundry dan diturunkan ke tank top lewat sebuah lubang (chute). Towel akan menumpuk seperti gunung di bawah, bukan perkara gampang untuk loading ini barang ke conveyor. Awalnya susah minta ampun, baru lihat towel seperti gunung, nyali sudah ciut duluan. Sedikit demi sedikit towel-towel ini harus dimasukan lewat loading conveyor dengan berat sekitar 50kg sekali loading. Selanjutnya masuk ke dalam tunnel wosher, berupa terowongan yang menyerupai ruma keong. Setelah itu masuk ke dalam mainpress. Mainpress berupa piston raksasa dengan tekanan super kuat untuk mengeluarkan air yang tersisa di dalam towel. Bagian ini sangat berbahaya, ketika mainpress jebol kita sendiri yang harus memasangnya kembali, jika tidak hati-hati/ tidak memasang pengaman bisa celaka. Ada kejadian sala seorang anak laundry di kapal lain kena gencet mainpress dan luka parah.

Hasil dari mainpress ini berupa cake/ towel setengah kering berbentuk biscuit bundar besar dan ini sangat berat. Kalau menggunakan tenaga maunusia tidak akan sanggup memindahkannya ke dalam dryer. Untuk memindahkannya digunakan robot/shutle. Komputer akan secara otomatis mengatur pergerakan shuttle untuk memasukan cake ke dryer yang telah kosong. Ketika dryer telah kosong computer akan secara otomatis mengeluarkannya melewati conveyor dan akan menjadi. Prosesny belum selesai sampai di sini. Towel yang telah kering akan ditampung di dalam troly dan dipisahkan antara large towel, medium, washcloth dan bathmat. Kalau belum ada towel keluar dari conveyor kita cicil sedikit demi sedikit melipat towel-towel ini.

Dryer raksasa dan shuttle/robot

Selain mengontrol tunnel washer, orang yang jaga di bawah juga harus menjalankan 5 buah extractor dan 4 buah dryer manual. Ketika break selama 1 jam, hanya dua orang yang bertugas, satu di atas dan satu di bawah secara bergilir. Nah kalau dapat tugas di bawah capek minta ampun, saya cuma sendiri di bawah di tengah malam, harus control tunnel washer biar terus ada barang yang diloading sambil mengoperasikan 5 buah extractor untuk mencuci napkin dan table linen, belum lagi ada yang nyangkut di tunnel washer, harus sigap, kalau tidak kerjaan tidak akan selesai tepat waktu.

Ketika tengah malam tiba saatnya memulai side job/kerja sampingan. Anak malam memiliki side job mencuci pakaian crew. Crew yang mau nyuci ada yang bawa langsung ke laundry, ada juga yang minta diambil ke cabin mereka. Kami patok tarifnya sekali cuci atau per bag 20 USD, crew yang baik ada juga yang kasi lebih. Awalnya saya kurang suka dengan side job ini karena yang dicuci itu dari kaos kaki, celana dalam (yang sangat bau, wuekkkk) seragam dan baju sehari-hari yang semuanya kotor dan bau keringat. Lama-lama setelah melihat hasilnya yang lumayan saya jadi ketagihan. Kalau sehari dapat pelangnggan 10 orang, berarti kita dapat 200 USD, jika dibagi 4 kita akan dapat 50 USD sehari, sebulan bisa dapat 1500 USD hehe, tapi dapal perjalanannya kadang sepi kadang juga rame.

Yang menjadi vavorit kalau ada costumer cewek yang nelfon, kita disuruh ambil cucian ke cabin, kalau mujur kadang bisa liat dia cuma pakai handuk atau dipeluk/dicium pipi hihihi lumayannnnn… Kerjaan utama kita harus diselesaikan terlebih dahulu baru menyelesaikan side job, pokoknya sebelum anak pagi datang jam 6, semuanya harus kelar supaya tidak menyisakan jejak. Pakaian yang telah selesai dicuci, dryer dan setrika kita antar ke masing-masing cabin (kami telah kasi nomer sebelumnya). Suatu ketika saya harus mengantarkan pakaian ke salah seorang assisten waiter, dia sudah berpesan kalau pintunya akan dibuka supaya saya tidak ganggu dia waktu antar pakaian (pagi jam 5).  Ketika pintu dibuka pelan-pelan, ternyata ada banyak orang (itu kamar seharusnya dihuni 2 orang). Saya lihat lebih jelas lagi….busettt dahhh..mata saya terbelalak!!! Ada beberapa sosok pria dan wanita sedang tertidur pulas dengan mulut menganga tidak pakai sehelai kainpun hehehe lumayannnn…… Setelah taruh pakaian dan lihat lihat sebentar saya langsung kabur, ntar mereka kebangun bisa berabe. Sepertinya mereka habis party, gak tau party apaan. Saya tanya teman-teman, kehidupaan dikapal, khususnya para bule emang udah biasa kaya gitu.

Yang menjadi perhatian saya yang lain adalah, di kapal itu crew nya berasal dari banyak negara, mulai dari India, Indonesia, China, Philippine, Rumania, Serbia, Caribbean dan negara lainnya. Orang Caribbean ini adalah orang kulit hitam, yang badannya rata-rata gede dan tinggi dengan rambut keriting. Kalau bicara dengan mereka harus didengarkan benar-benar, karena Bahasa inggris mereka berbeda dan sangat susah dimengerti. Kalau kita bilang : “baju lo kotor tuh!” dia akan jawab “me no care” biasanya orang bule bilang “I don’t care” Untuk sapa mereka biasanya bilang “yooo cool?” dan mereka akan selalu jawab “yaaaa maaan”. Kalau kita bilang, “Wah, lu potong rambut ya, muke lu jadi ganteng” dia akan bilang “yaaaa maaann” tiap bilang ya atau tidak selalu ada kata “maaannnn” kalau liat langsung pasti ngakak  deh. Mereka paling anti kalau bercanda pegang pegang bagian pinggul,meskipun sesama pria mereka akan marah besar, katanya pelecehan tapi kalau pegang kepala tidak apa-apa buat mereka. Kalau orang Philippine Bahasa mereka lebih mudah dimengerti, ciri khas mereka adalah selalu menggunakan kata “paisa”, “paisano/paisana”, “pare” dan “mare”. Paisa / paisano/ paisana artinya teman/kawan. Sementara pare atinya pak , mare artinya bu. Kalau dia tanya “Besok lu keluar gak?” dia akan tanya, “Paisa, are you going out tomorrow?” atau “Pare, are you going out tomorrow?” Kalau dia bilang “He is my paisano” artinya “Di itu temen gue”. Orang India lain lagi, setiap ngomong kepala dan tangan mesti gerak-gerak. Kalau mereka tidak setuju akan sesuatu kepalanya akan geleng-geleng, kalau setuju pun geleng-geleng, nahhh bingung kan kita. Tapi jangan pernah meniru mereka dengan maksud mengejek, biasanya mereka akan marah.

Explorer of The Seas bersebelahan dengan Celebrity Silhouette di St. Marteen

Selama 9 bulang lebih saya jadi anak malam, karena itu kita bisa puas jalan-jalan sehabis kerja, hampir setiap port kita selalu keluar jalan jalan. Beberapa tempat yang saya kunjungi antara lain Bermuda, Bar Harbour Maine, Portland Canada, Halifax Canada, New York, Boston US, Puerto Rico, dll. Nantikan ulasan masing-masing port di artikel selanjutnya ya… mauchhhh.

Satu respons untuk “Kapal Pertama : Explorer of The Seas

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s