New York : Ditipu Penjual Kamera

 

Explorer of the seas pada tahun 2011 memiliki home port di Bayone, New Jersey (Cape Liberty Cruise Port). Dari port ini, Statue of Liberty yang terkenal itu bisa dilihat. Sayangnya pas di port itu merupakan boarding day, jadi semua crew yang day shift tidak bisa lama jalan-jalan keluar. Kebetulan saya masuk malam bersama 3 teman lain, jadi pas boarding day di Bayone kita bisa jalan-jalan. Pihak kapal juga menyediakan free shuttle bus jika kita ingin ke down town. Ada juga tour ke kota New York tetapi kita harus bayar, murah cuma 5 USD per orang pulang pergi. Kalau ke down town Bayone kita sudah sering jalan-jalan, mulai dari pakai bus, taxi sampai pakai kereta. Mendengar ada tour ke New York saya langsung daftar. Dulu waktu kecil cuma bisa lihat di tv, sepertinya kalau ke sana langsung akan menjadi pengalaman yang menyenangkan, saya sangat bersemangat.

Shuttle bus menuju New York

Pertama kali ke New York tujuan saya cuma explorasi terlebih dahulu, jadi tidak banyak bawa uang. Perjalanan ke sana memakan waktu kurang lebih 25 menit.  Turun dari bus saya cuma bisa melongo sambil bilang wowww (maklum anak desa hehe). Memang benar Ney York adalah kota yang besar dan ramai seperti di TV. Sampai di sana saya jadi bingung mau ngapain dan mau kemana, yaudah muter-muter aja dulu.Bus menurunkan penumpang di suatu titik, saya harus benar-benar mengingatnya karena kalau tersesat atau pergi terlalu jauh dan tidak menemukan titik penurunan bus saya bisa ditinggal kapal.

Sudut Kota New York

New York adalah tempat yang bagus untuk menguras isi kantong karena terdapat berbagai outlet pakaian, sepatu, tas, jam, elektronik dengan harga diskon yang relative murah. Sampai di sana saya bingun mau beli baju, beli sepatu dll tapi bawa uang dikit.

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Hard Rock Café New York. Hard Rock Cafe terkenal diantara para crew kapal dan banyak yang mengoleksi t shirt dan pernak perniknya, saya tidak tahu kenapa. Saya juga ikutan beli t shirt sebagai kenang-kenangan, harganya lumayan mahal 25 USD (sampai sekarang masih, tidak pernah dipakai karena kekecilan). Keluar dari Hard Rock ketika iseng foto sana sini tiba-tiba ada cewek cakep banget jalan sendirian trus minta difotoin, lumayan…hehe

Hard Rock Cafe New York

Tempat selanjutnya yang menarik perhatian adalah Ripley’s Believe it or Not! Time Square. Disini banyak hal yang aneh-aneh mulai dari patung dengan bentuk wajah yang aneh, replica robot bumble bee, orang dengan tato aneh di sekujur wajah dan lain-lain. Untuk masuk ke sana tidak dikenakan tiket waktu itu. Acara ini juga pernah saya lihat di TV waktu kecil, jadi ini kesempatan melihat auditoriumnya langsung dan seperti biasa saya merasa sangat senang hehehe. Waktu berlalu begitu cepat kamipun harus kembli ke kapal menghadapi realita, kembali bekerja.

Ripley’s Believe it or Not! Odditorium
Replika Bumble Bee

Minggu berikutnya saya berencana ke New York lagi membeli beberapa t shirt dan beli kamera DSLR. Untuk itu di kapal saya sudah cek terlebih dahulu harga kamera online di Amazon. Saya putuskan membeli kamera Canon (lupa serinya). Saya cari nama sellernya kemudian saya search di google map dan screen shoot lokasinya sambil mereka-reka arah jalan, takut nanti tidak ada free wifi pas di sana. Saya bersama 3 teman dan crew lainnya, tetapi mereka semua berpencar mencari tempat belanja masing-masing. Karena niat membeli kamera, saya coba mencari lokasi toko yang sudah saya screen shoot. Dalam perjalanan, saya menemukan toko kamera lain yang besar dan ramai, tetapi karena itu bukan toko yang dicari, saya lanjutkan perjalanan. Ternyata tidak segampang yang saya kira, jalan berliku-liku yang ditemukan dan tidak sesuai bayangan. Akhirnya saya menemukan sebuah toko kamera dan souvenir tetapi itu bukan di alamat yang saya cari. Disana saya lihat ada seorang crew kapal Anand namanya yang tengah berbelanja, saya putuskan untuk masuk melihat-lihat.

Pengamen di sini beda lho…

Kamera yang dicari ternyata ada di sana, saya pun ingin mencobanya. Saya bilang ke penjualnya bahwa saya telah cek harganya online dan harusnya mendapatkan bonus tas. Si penjual pun mengiyakan. Saya coba jepret sana sini bersama Anand ternyata hasilnya bagus. Saya tanya Anand, dia bilang juga bilang kameranya bagus. Beberapa saat kemudian Anand bilang ingin pergi melihat-lihat ke toko yang lain, saya pun sendirian di sana. Ketika otak atik kamera penjaga toko menghampiri, orangnya brewok dan tinggi. Dia bilang kalau saya membuat pilihan yang salah, kamera Canon yang saya pegang memerlukan banyak lensa tambahan, beda penggunaan beda lensa, harga satu lensa pun lumayan mahal. Saya pikir iya juga ya, bisa-bisa saya keranjingan beli-beli lensa nanti. Kemudaian ia pun menyodorkan sebuah kamera Sony dengan integrated lense. Dia bilang “Ini kamera terbaik untuk pemula, bisa dipakai makro, jarak dekat, jarak jauh, autofocus dan banyak fitur lain dalam satu kamera, jadi kamu bisa hemat karena tidak perlu membeli lensa tambahan”. Saya jadi bingung pilih yang mana. Kemudian saya tanya harga kameranya, ternyata lebih mahal 150 USD dari camera Canon, saya juga tidak bisa cek harga online karena tidak ada Wi-Fi. Setelah saya hitung total uang yang dibawa, saya bilang ke penjualnya uangnya tidak cukup, sambil menunjukan sejumlah uang, diapun menghitungnya. Kemudian si pemilik toko menghampiri, dari wajahnya terlihat dia bukan warga US, mendengar dari nada bicaranya dia seperti orang dari wilayah eropa.

Anak-anak laundry

Dia memperkenalkan dirinya dan mengajak saya bersalaman. Dia bertanya apakah ini pertama kali saya mengunjungi New York, saya bilang tidak. Saya jelaskan kalau saya berlibur disini mengunjungi paman (bohong dengan maksud untuk menghindari dimahal-mahalin). Ketika saya bilang dari Indonesia dia terlihat terkejut, sambil memegang tangan saya, dia bilang “Temanku senang sekali kamu mengunjungi kota New York, saya sering ke Indonesia dan punya keluarga di sana, saya sangat menyukai Indonesia, orang Indonesia sudah saya anggap seperti keluarga”. Seperti terhipnotis, entah kenapa saya merasa senang dan mempercayai begitu saja pemilik toko itu. Kemudian dia bilang “Saya akan membantu kamu, tambah lagi sedikit saja maka kamera Sony ini akan jadi milikmu, kamu punya berapa dollar lagi di kantongmu?”. Saya pun mengeluarkan isi kantong (saya tidak membawa dompet), ada sekitar 38 USD. Si pemilik toko bilang, “Karena kamu teman baik saya, maka tambah lagi 35 USD”. Setelah pikir-pikir lagi saya pun setuju kemudian si penjaga toko mempersiapkan kameranya. Sebelum pergi pemilik toko memberikan struk belanja dari mesin kasir manual.

Kelaparan karena kebanyakan shoping

Selama perjalanan saya terus kepikiran, jangan-jangan harganya lebih mahal dari harga aslinya. Sampai di kapal saya cek harganya di Amazon, ternyata lebih mahal hampir 2 kali lipat dari harga aslinya. Saya pun tepok jidat sambil gigit jari, menyesali kecerobohan saya berbelanja. Saya mencoba menghibur diri, kalau beli online mungkin harga lebih murah tapi kita tidak tahu kualitas barangnya langsung. Untuk mengobati rasa penasaran minggu berikutnya saya ke New York lagi, mencari perbandingan harga di toko yang lain. Ternyata kamera yang saya beli harganya jauh lebih mahal dari harga pasaran. Saya merasa kesal dengan si penjual kamera itu. Saya tertipu dua kali. Pertama, harga kameranya lebih mahal dari harga pasaran, kedua udah lebih mahal malah saya mau nambah uang lagi. Saya pun mengiklaskan dan semenjak itu tidak pernah lagi beli barang di toko sembarangan. Saya lebih suka belanja barang online di Amazon atau Ebay.

Sebenarnya Apa Sih Kapal Pesiar Itu?

Pernah terbayang untuk mencoba naik kapal pesiar atau jadi crew nya? Kira-kira enak gak ya, mahal gak ya? Pada dasarnya kapal pesiar adalah hotel yang berada di tengah kapal atau orang bule bilang floating hotel. Kapal biasanya dipanggil she, bukan he (lha cewek donk?) karena dianggap di dalam perutnya terkandung banyak manusia. Di dunia ini ada banyak perusahaan kapal pesiar seperti Royal Caribbean Cruise Line, Carnival Cruise Line, Norwegian Cruise Line, Disney Cruise Line, dll. Yang saya sebutkan ini adalah kapal-kapal yang melayani rute laut. Ada juga kapal pesiar yang melayani rute sungai / river cruise. Masing-masing kapal ini memiliki Home Port masing-masing. Kalau kita Bahasa Indonesiakan artinya pelabuhan rumah atau pelabuhan asal kali ya hehe. Home port ini adalah pelabuhan tempat menaikan dan menurunkan penumpang.

Lanjutkan membaca “Sebenarnya Apa Sih Kapal Pesiar Itu?”

Saya dan Menara Pisa

Sebagai seorang anak yang lahir di desa pada tahun 80 an teknologi tidak lah seperti sekarang. Dengan rumah di atas bukit, pada masa prasekolah saya belum merasakan namanya listrik dan televisi karena waktu itu belum masuk ke desa, untuk kebutuhan penerangan saya menggunakan lampu minyak tanah, bangun-bangun hidung jadi hitam hihihi. Baru pada awal masuk SD listrik masuk ke rumah. Waktu SD kelas dua, saya sangat terpesona melihat selembar poster yang tertempel di dinding kelas. Itu adalah gambar sebuah menara tapi condong ke saping. Dalam hati kecil, tempat seperti itu mungkin cuma ada di dongeng. Guru saya bilang itu adalah Menara Pisa, salah satu keajaiban dunia yang terletak di Italy. Ada kata ajaibnya saya pikir itu adalah suatu tempat yang sangat istimewa, saya menjadi semakin penasaran. Waktu itu saya tidak ada pikiran ingin kesana, mustahil lah saya cuma seorang anak SD, tempatnya juga entah dimana.

Waktu SD kelas 3 saya baru mengenal namanya TV, waktu itu ada dua pilihan, bisa beli TV hitam putih atau TV berwarna yang harganya lebih mahal. Keluarga saya memutuskan untuk beli TV berwarna, waktu itu mereknya SABA. Sebelumnya saya hanya mendengar cerita dari teman-teman tentang serunya nonton Doraemon atau Saint Seiya, akhirnya saya bisa menontonnya langsung dan ikut bercerita dengan teman-teman, itu membuat saya sangat senang. Saya juga sangat terpesona menonton tempat-tempat indah di dunia yang dihadirkan dalam berita atau film. Hati kecil saya berkata “Seandainya saya bisa ke tempat-tempat itu saya pasti akan merasa sangat senang”. Waktu SMP saya punya keinginan dalam hati, dalam hidup saya harus pernah merasakan keluar pulau dan keluar Indonesia. Saya tidak pernah ceritakan kepada siapapun. Dari sekolah ke rumah kadang jalan 5 km, makanya keinginan itu saya anggap cuma mimpi. Suatu ketika salah seorang kakak kelas mendapatkan study di Jepang dan dia mengirimkan fotonya selama di Jepang ke sekolah. Saya sangat terpesona, seandainya saya diposisinya dia, pasti sangat menyenangkan bisa mengunjungi Jepang, tempat yang sering saya lihat di film-film.

Waktu cepat berlalu dan mulailah masa-masa SMA. Waktu itu cita-cita saya mulai realistis, yaitu belajar dengan tekun supaya bisa dapat perguruan tinggi yang bagus, cepat bisa bekerja dan meningkatkan taraf hidup keluarga. Tidak ada sama sekali terbayang keinginan keluar pulau apalagi ke luar negeri. Jurusan yang membutuhkan uang banyak saya hindari untuk meringankan beban orang tua. Yang paling sedikit biayanya waktu itu adalah sekolah keguruan, itu menjadi pilihan. Waktu kuliah saya sangat yakin bahwa yang menjadi tujuan hidup adalah menjadi seorang guru atau dosen. Setelah tamat kuliah ternyata persaingannya malah ketat, banyak perguruan tinggi yang menamaatkan guru. Saya coba melamar PNS 5 kali tidak lulus, jadi guru honor gaji pas-pasan. Entah kenapa keinginan masa kecil saya muncul, ingin melihat dunia di luar sana. Akhirnya saya bekerja di kapal, mengunjungi berbagai tempat di dunia diantaranya Menara Pisa di Italy, Hirosima dan Nagasaki di Jepang, Amerika, Kanada, dan masih banyak lagi. Artinya mimpi masa kecil saya terwujud. Saya merasa sangat bersyukur dan juga tidak habis pikir, dari yang saya anggap cuma mimpi malah jadi kenyataan. Cita-cita menjadi seorang guru malah kandas.

Setelah saya membaca beberapa buku saya temukan namanya subconscious mind atau pikiran bawah sadar. Saya kira itu adalah hal yang berkaitan dengan hipnotis, tapi setelah dipelajari lebih lanjut, subconscious mind memegang peranan penting terhadap result dalam hidup kita. Segala sesuatu yang nyantol di alam bawah sadar besar kemungkinan menjadi kenyataan. Seperti yang dibilang Andrew Carnegie “Any idea that is held in the mind, that is emphasized, that is either feared or revered will, begin at once to clothe itself in the most convenient and appropriate physical form available” (Sumber: You Were Born Rich, Bob Proctor). Dengan kata lain segala sesuatu yang ada di pikiran kita baik yang kita sukai atau takuti akan menjadi hal fisik yang mendekati. Besar kemungkinan gambar menara pisa dan tempat-tempat lainnya di dunia nyantol di alam bawah sadar saya, menjadi sebuah tujuan/goal yang tidak saya sadari. Sementara menjadi seorang guru merupakan keinginan alam sadar saya, sehingga bertolak belakang. Kalau alam sadar kita anggap gas maka alam bawah sadar kita angap rem. Ketika arah mobil kita rasa tidak sesuai kita akan menekan rem kemudian menuju arah yang diinginkan. Begitupun alam bawah sadar akan mengarahkan kita ke tempat, keadaan, benda atau hal-hal yang tergambar jelas di dalamnya yang mungkin tidak kita ketahui.

Benar tidaknya cerita saya yang jelas Menara Pisa itu luar biasa indah dan menakjubkan. Waktu itu saya hanya mengeluarkan uang 20 USD untuk membyar shuttle bus ke Livorno, tempat dimana Menara Pisa berada. Bus harus parkir agak jauh dari Menara Pisa, jadi saya harus jalan sedikit untuk sampai disana. Cuaca agak dingin waktu itu tetapi pemandangan di sepanjang jalan sangat indah, terdapat beberapa penjual bunga di sepanjang jalan. Hal lainnya yang menarik perhatian saya adalah di beberapa tempat wisata di Italy selalu ada orang kulit hitam (mungkin imigran) yang berjualan berbagai macam tas bermerk terkenal di jalanan. Tasnya terlihat berkualitas dan persis seperti aslinya, harganya juga lumayan murah, tetapi saya tidak pernah membelinya, mencurigakan soalnya.

Pisa Baptistery

Untuk masuk ke Menara Pisa tidak dikenakan tiket masuk, tetapi jika kita ingin naik ke atas Menara Pisa baru dikenakan biaya, waktu itu kalau tidak salah harus bayar 20 Euro. Bangunannya terdiri dari tiga bagian yaitu Menara Pisa itu sendiri, disebelahnya ada Pisa Cathedral dan Pisa Baptistery. Saya sempat masuk kedalam Pisa Cathedral dan Pisa Baptistery, interiornya luar biasa indah, sayang foto dan video yang saya simpan di hardisk hilang semua, tinggal beberapa foto yang tersisa hiksss…

Kapal Kedua Grandeur Of Seas : Kebakaran Hebat Di Tengah Laut

Setelah sepuluh bulan bekerja banting tulang jadi laundry attendant, tiba saatnya saya menikmati liburan selama dua bulan. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi semua pelaut, pulang kerumah bertemu sanak keluarga, bisa tidur sampai siang, tidak ada alarm dan bisa kembali menikmati masakan rumah. Dua bulan liburan terasa begitu cepat, baru pulang dari kapal tau-tau sudah harus packing barang lagi. Kontrak kali ini saya join di kapal Grandeur of The Seas, lebih kecil dari kapal pertama Explorer of The Seas. Kapal ini memiliki bobot 74,140 gross tonnage, dengan kapasitas penumpang sampai dengan 2.440 orang dan crew sebanyak 760 orang. Waktu itu homeport nya di Venice Italy, jadi penerbangan ke sana lebih singkat daripada penerbangan ke US, cuma butuh sekali transit dari Denpasar – Doha (Qatar) – Venice. Kebetulan kapal ini overnight di Venice sehingga saya sempat jalan-jalan keliling venice (sendirian) pada malam hari, Venice sangat indah di malam hari.

Kontrak kali ini sangat menarik, karena kapal tengah berada di wilayah Eropa sehingga saya bisa jalan-jalan ke banyak tempat mengagumkan seperti Menara Pisa di Livorno, Napoly Italy, Roma, Santorini Grace, Athens, Mykonos, Kusadasi Turki, beberapa wilayah Prancis dll. Setelah beberapa bulan di Eropa Grandeur of The Seas memasuki masa repositioning (pindah itinerary) ke US yang memakan waktu perjalanan kurang lebih dua minggu. Karena harga barang-barang di wilayah Eropa relative mahal, jika sudah sampai US ini jadi kesempatan untuk hunting barang-barang murah di Walmart, Macys, Jc Penny dll hehehe shopping mode on.

Pada tanggal 27 Mei 2013 Grandeur of The Seas tengah dalam perjalanan dari Port Canaveral, Florida menuju Coco Cay Bahamas, pulau pribadinya Royal Caribbean Cruise Ltd (mereka punya pulau pribadi lagi satu namanya Labadie yang berlokasi di Haiti). Seperti biasa, selesai bekerja anak-anak laundry beristirahat di cabin masing-masing, saya pun tertidur pulas begitupun roommate saya Febri. Samar-samar terdengar bunyi alarm kapal. Kapten akan menyalakan alarm jika terjadi dua hal, untuk tujuan board drill (latihan) dan ketika terjadi real emergency. Dengan mata setengah terbuka saya terpaksa bangun untuk melihat jam, waktu menunjukan pukul 02.15 pagi. Saya kira itu alarm untuk board drill tapi kenapa tumben diadakan pagi-pagi. Untuk mencari tahu, saya coba bangunkan Febri yang tidur di bawah tapi dia bergeming. Karena semakin penasaran saya buka pintu kamar sambil mengecek kondisi di luar, di sebelah kamar ada juga Joshua yang menengok keluar kamar. “Jo, kok jam segini ada board drill, knapa ya?” tanya saya. “Gak tau, udah balik tidur aja lagi besok harus kerja pagi-pagi” dia bilang.

Karena sangat mengantuk saya putuskan untuk tidur kembali, mungkin itu salah alarm. Belum sempat tertidur tiba-tiba ada orang yang menggedor pintu dengan keras sambil berteriak-teriak Fire!!! Fire!!! Fire!!! Saya pun langsung locat dari tempat tidur berusaha mengambil life jacket di atas lemari dan membangunkan roommate saya. Beberapa saat kemudian terdengar kapten menyampaikan pengumuman “Selamat pagi para tamu dan crew, saat ini kapal kita tengah mengalami kebakaran di deck 3 mooring deck, untuk membangunkan para tamu dan crew saya akan menyalakan alarm beberapa kali, para crew saya perintahkan untuk keluar dari cabin dan stand by di emergency station masing-masing” Alarm pun menyala berkali-kali. Waktu itu yang saya ingat cuma mengambil dompet dan bergegas keluar cabin. Mesin kapal mengeluarkan bunyi sedikit bising itu pertanda kapal tengah berhenti atau memutar di tengah laut, berarti memang benar terjadi sesuatu.

Anak laundry tergabung dalam blanket team member dan memiliki emergency station di laundry utama. Kami telah melakukan latihan setiap minggu jadi saya merasa sedikit tenang karena telah tahu apa yang harus dilakukan. Ketika terjadi real emergency kita harus mengikuti setiap instruksi kapten yang disampaikan kepada semua officer bawahannya. Meskipun begitu ada teman kami yang agak ketakutan karena baru dua minggu join di kapal, kami berusaha menenangkannya. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi, bagaimana kondisi api dsb karena kami berkumpul di tween deck, deck paling bawah. Kami hanya bisa berkumpul disana sambil mendengarkan setiap pengumuman dari kapten. Saya hanya bisa berdoa mudah-mudahan semuanya selamat dan diberi kemudahan memadamkan api. Beberapa saat kemudian terdengar pengumuman dari kapten “Selamat pagi para tamu dan crew kami telah berusaha dengan maksimal dan mengeluarkan kekuatan penuh untuk memadamkan api, kami juga mendapat bantuan dari sebuah kapal pesiar yang kebetulan lewat, mudah-mudahan api bisa segera padam” Di dalam lubuk hati yang paling dalam sebenarnya saya merasa sangat takut, ini adalah kali pertama saya mengalami bencana di kapal, yang namanya kapal kebakaran di tengah laut apapun bisa terjadi.

Suasana di Main Laundry

Hampir setiap jam kapten mengumumkan perkembangan yang terjadi, dia selalu bilang bahwa api sudah hampir padam. Belakangan saya tahu dari cerita para crew yang ikut memadamkan api bahwa sebenarnya api semakin meledak-ledak, tapi oleh kapten dibilang akan segera padam untuk menenangkan para tamu. Beberapa teman ada yang rebahan di lantai dan di meja, tetapi saya tetap terjaga. Sampai jam 7 pagi api belum juga padam, baru pada jam 9.30 pagi kapten mengumumkan bahwa api telah berhasil dipadamkan dengan sempurna. Berarti dibutuhkan total 7 jam untuk memadamkan api. Ketika kami akan sarapan sebagian crew mess juga terbakar. Info yang kami dapat dari teman-teman yang lain tidak ada korban jiwa baik tamu dan crew dari kebakaran itu, penyebabnya belum diketahui.

Kebakaran menyisakan kehancuran luar biasa di bagian belakang kapal, mulai dari deck 3 sampai deck 6 terkena kobaran api. Jika kebakaran meluas sampai kapten memutuskan untuk abandon ship (meninggalkan kapal) kemungkinan tidak semua crew mendapatkan jatah life raft karena puluhan life raft terbakar dan meleleh, jadi sangat beruntung api berhasil dipadamkan. Kebakaran tidak meluas juga karena semua pintu di kapal adalah fire door atau pintu tahan api. Kesaktian fire door ini terbukti ketika ruang galley yang di dalamnya terdapat berbagai minyak dan gas tertutup, api tidak bisa masuk sama sekali. Di satu sisi fire door hitam legam, tapi di sisi lainnya tidak tergores sama sekali.

Setelah berkordinasi dengan kantor pusat, Kapten mengambil keputusan untuk memulangkan semua tamu ke rumahnya masing-masing dengan ditanggung biaya penginapan, tiket dan total refund biaya booking. Kapal berlabuh di Nassau Bahamas dengan bantuan didorong oleh tug boat karena tali-tali kapal sebagian juga terbakar. Setelah semua tamu berhasil dipulangkan, kapten memutuskan kapal akan dry dock (diperbaiki) di Grand Bahamas Ship Yard di Nassau. Sampai di sana berbagai macam petugas datang untuk memeriksa, mulai dari polisi, FBI, CIA dan Coast Guard. Untuk merayakan keberhasilan memadamkan api serta semua tamu dan crew selamat, Safety Officer mengadakan all crew party, nahh udah kebakaran masih party pula heheh inilah hebatnya crew kapal. Disebelah kapal ada kapal pesiar lain yang tengah diperbaiki, para crew disana pada bengong melihat kami party.

All crew party, disebelahnya kapal Carnival

Setelah party usai besoknya semua fokus ke perbaikan kapal. Para kontraktor dari berbagai penjuru dunia pun berdatangan untuk memperbaiki kapal. Tempat makan dipindahkan ke Windjammer di lantai 11. Anak laundry tidak bekerja full dan sebagian crew ditugaskan menjadi Firewatch yaitu orang yang awasin kontraktor yang ngelas. Kalau kapal diperbaiki seperti ini banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi, mulai pipa bocor, toilet tidak bisa flush, kepanasan karena ac dimatikan, tidak ada air. Saking panasnya kadang malam hari saya tidur di pool. Perbaikan dilakukan dengan sangat professional oleh ahlinya, bagian belakangnya dipotong dan ditempatkan bagian baru. Perbaikan berlangsung selama satu setengah bulan atau 45 hari.

Grandeour of the Seas tengah berada di dalam ship yard (dry dock)

Semua crew sebenarnya punya banyak waktu luang karena tidak ada tamu, tapi tidak ada tempat menarik yang bisa dikunjungi di sana. Tempat belanja hanya ada di Port Lucaya yang berjarak cukup jauh dari yard. Pihak kapal menyediakan shuttle gratis bagi crew yang ingin ke sana. Sepanjang perjalanan saya tidak menemukan orang lalu Lalang di jalan, atau orang di perumahan, seperti kota hantu. Satu setengah bulan disana membuat kami sangat jenuh dan level homesick sangat tinggi. Untuk menghilangkan jenuh kadang kami ramai-ramai ke gym supaya fikiran lebih waras dan otot lebih gede. Untuk gaji anak laundry tetap mendapatkan gaji penuh, tapi crew yang bekerja menggunakn tipping system, karena tidak ada tamu belum jelas mereka bakal dapat gaji atau tidak.

Piagam penghargaan yang diberikan kepada semua crew oleh Kapten Espen Been

Hari yang ditunggu pun tiba. Kapal telah selesai diperbaiki sehingga bisa kembali melayani para tamu cruising. Pelayaran pertama adalah kembali ke home port di Baltimore Maryland. Semenjak kejadian itu para crew seluruh fleet tidak diperbolehkan lagi untuk merokok di dalam kamar atau koridor.