Menjelajahi Dua Castile Megah Di Puerto Rico

Castillo San Felipe del Morro (Part I)

Ketika kontrak pertama di Explorer of the seas, dua minggu sekali kapal ini akan singgah di San Juan Puerto Rico. Dulu kirain tempat ini punyanya Spanyol karena namanya Spanish gitu ternyata ini tempat punyanya Paman Sam (US). Dalam kesehariannya masyarakat di sini memang lebih banyak menggunakan bahasa Spanish. Bangunan kotanya memang mirip-mirip bangunan di Spanyol, dengan berbagai macam warna. Ketika kapal mulai memasuki perairan Puerto Rico saya sangat tertarik dengan sebuah bangunan tua seperti benteng yang bisa terlihat jelas dari atas kapal. Setelah searching di internet, bangunan itu ternyata adalah sebuah kastil / benteng. Kastil yang saya lihat itu bernama Castillo San Felipe del Morro. Dari hasil searching, saya juga menemukan kalau terdapat satu kastil lagi dekat dengan terminal kapal pesiar. Dari map bisa dilihat kedua kastil ini jaraknya tidak begitu jauh dari terminal, ini menjadi kesempatan bagus buat saya melancong. Saya tidak mengujungi kedua kastil ini sekaligus, yang pertama saya kunjungi adalah Castillo San Felipe del Morro karena lebih jauh dari terminal.

Rute menuju kastil yang ditunjukan oleh Google Map

Demi memenuhi Hasrat berpetualang, perjalanan ke sana saya tempuh dengan berjalan kaki. Dari map terlihat jaraknya sekitar 2 km bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih setengah jam. Kebetulah waktu itu masih masuk malam, jam 6 pagi sudah selesai kerja. Setelah sarapan, saya tidur dahulu beberapa jam supaya ada tenaga melancong. Kebetulan kapal akan berlayar malam hari, jadi saya punya waktu beberapa jam sebelum kembali masuk kerja. Crew yang keluar biasanya menyasar toko atau restoran untuk berbelanja, kalaupun ada yang jalan-jalan mereka dari departemen berbeda (tidak kenal), jadi saya putuskan kesana sendiri berbekal tas kecil, uang secukupnya dan sebuah pocket camera. Saya tidak menggunakan simcard untuk mengakses internet sepanjang perjalanan, karena saya hanya punya AT&T untuk menelfon saja. Mapnya saya foto terlebih dahulu kemarinnya, kemudian saya simpan di handphone. Ketika itu adalah sore hari yang sangat cerah, saya keluar kapal jam 2 siang, sebelum jam 6 harus balik ke kapal untuk kembali bekerja.

Salah satu sudut jalan di Puerto Rico, ini toko soda kayaknya

Ternyata banyak tempat menakjubkan di Puerto Rico, beruntung waktu itu saya putuskah untuk menjelajah. Di sebuah taman pohon-pohon dililit dengan lampu yang menjadikan malam sangat romantic bagi yang punya pasangan. Saya tidak mengikuti rute yang ditunjukan oleh google map, tapi saya mengambil jalan lain, saya hanya ingat setelah keluar ke kapal menuju arah kiri sampai menemukan jalan di dekat laut terus lurus ikuti sampai ketemu kastilnya. Karena pergi sendiri, untuk foto selfie saya harus menggunakan timer kemudian ditaruh.

Pesisir pantai yang dihiasi lampu klasik.

Sepanjang jalan menyusuri bibir pantai terasa sangat menyenangkan, capek karena kerjaan dan kurang tidur jadi sirna begitu melihat pemandangan Puerto rico sore itu yang begitu cerah dan menakjubkan. Para wisatawan juga terlihat mengagumi pemandangan tepi lautnya Puerto rico.

Setelah berjalan cukup jauh tibalah saya di sebuah lapangan luas mirip di film Teletubies yang membuat saya begitu takjub, saya kira itu lapangan golf. Setelah dilihat lagi di depan saya nampak tembok bentengnya. Saya berhenti sejenak, menarik nafas dan berkata dalam hati, terima kasih Tuhan, ciptaanmu begitu indah dan menakjubkan. Udaranya sangat segar, cuaca sangat cerah, langit biru bersih, pokoknya saya sangat bersyukur waktu itu mendapatkan kesempatan lancong ke Castillo San Felipe del Morro. Sebelum masuk ke dalam kastil saya meminta salah satu wisatawan untuk fotoin di depan kastil.

Ini yang fotoin bapak-bapak

Pintu masuk kastilnya terkesan sangat tua seperti jaman kerajaan dahulu kala, seperti di dalam film. tembok dan pilarnya sudah termakan usia. Pintunya terbuat dari kayu yang diperkuat dengan besi, diatasnya terpasang seperti simbol kerajaan.

Pintu masuk kastil

Saya berdiri di depan pintu kastil dengan perasaan takjub akan bangunan yang berdiri megah itu sambil bilang dalam hati, wow saya tidak menyangka bisa sampai ke tempat seindah ini. Sayangnya saya tidak bisa masuk ke dalam, karena kastilnya telah tutup, telah lewat jam operasionalnya.

Kamera diletakan dibawah untuk mengambil foto ini.

Meskipun begitu saya sempat berkeliling di sekitar kemudian duduk beristirahat di padang rumput sambil menikmati pemandangan yang menyejukan hati, laut biru langit cerah, kemudian saya merebahkan badan. Saya begitu menikmati tempat ini, rasanya tidak ingin balik ke kapal lagi tapi apadaya harus melanjutkan kontrak dan pekerjaan. Jika seperti ini biasanya saya akan teringat kampung halaman.

Duduk di padang rumput sambil menikmati pemandangan yang menakjubkan.

Waktu tidak mengijinkan saya berlama-lama di sini, saya pun bergegas menuju kapal dengan perasaan syukur. Setiba dikapal saya Kembali merasa sedih karena terbayang akan pekerjaan yang berat dan suasana di dalam kapal. Karena jaraknya cukup jauh saya hanya sempat kesini sekali saja sepanjang kontrak di Explorer of The Seas.

Allure Of The Seas : Dry Dock di Cadis, Kejutan Tak Terduga di Pantainya Orang Spanish

Segede-gedenya atau secanggih-canggihnya kapal, tetap harus dimaintenence demi keselamatan para penumpang dan crew. Apalagi jika terjadi masalah pada bagian penting kapal. Ketika terjadi masalah dengan mesin atau sparepart yang vital pada kapal, dia harus segera di perbaiki biar pelayaran jadi aman tentram. Allure of The Seas yang merupakan kapal pesiar terbesar di dunia juga pernah mengalami beberapa masalah, seperti bearing yang retak, perbaikan azipod dan interior kapal.


Jika perbaikannya ringan, kapal cukup melakukan wet dock, artinya perbaikan bisa dilakukan di fasilitas shipyard / galangan dengan kapal masih berada di dalam air. Untuk perbaikan pada bagian Azipod (daerah baling-baling) kadang disebut juga azidock. Ketika kapal memerlukan perbaikan yang major, seprti pada mesin, merombak interior, kapal harus masuk ke dalam shipyard kemudian diangkat dari permukaan laut sehingga kapal tidak menyentuh air sedikitpun, disebut juga dengan drydock. Biasanya kapal pesiar akan mengalami drydock setiap lima tahun sekali. Pada waktu join di Allure of The Seas kebetulan dapat kebagian mengikuti drydock di Cadis Spain. Sebelumnya sudah pernah pengalaman kapal drydock, tapi di Nassau Bahamas yang terpencil seperti pulau hantu. Kali ini di Cadis kayaknya seru, karena letaknya dekat perkotaan.


Asiknya drydock adalah kapal tidk berisi penumpang (tamu) hanya crew dan kontraktor, jadi kerjaan anak-anak Laundry sangat ringan, kerja cuma 6-8 jam sehari dan ada banyak party di dalam kapal. Si bos Laundry Master, paling suka jalan-jalan dan shopping, jadi anak-anak dipush supaya cepat kelar kerjaan, siangnya cukup istirahat bentar biar sorenya bisa cepat keluar jalan-jalan. Cadiz adalah salah satu kota tertua di Eropa Barat, jadi desain bangunan kotanya vintage dan klasik gitu deh. Tempat nongkrong, jalan-jalan apalagi shopping pokoknya cakep deh. Banyak barang yang menarik untuk dibeli kalau bawa duit banyak, tapi harganya ya mehong gitu, secara mata uangnya pakai Euro. Satu Euro waktu itu sekitar Rp 16.000, kalau beli sepatu harnya 100 Euro jadinya 1,6 juta, bisa tepok jidat. Apalagi drydock nya memakan waktu dua minggu, kalau tidak pandai-pandai tahan godaan, kartu atm bisa jebol. Mendingan beli kopi atau beer yang ada free wifinya supaya bisa hilangin kangen dengan keluarga, soalnya wifi di kapal masih harus beli.

Di salah satu warkop.


Ada satu tempat tongkrongan vaforit saya, sebuah bar yang menyajikan berbagai minuman (lupa namanya). Bar ini mungkin dikunjungi oleh orang dari berbagai negara, buktinya di rak botol minuman ada koleksi uang berbagai negara yang tertempel disana. Kalau di Indonesia bar mungkin kesannya tempat maksiat atau cari cewek, tapi di sini budayanya bar dipakai tempat kumpul sambil minum wine, minuman beralkohol atau beer sambil cerita dengan sahabat, pacar, atau keluarga.

Koleksi uang berbagai negara yang tertempel di rak minuman.

Saya kesini bukan untuk cari minuman yang keras-keras, tapi saya tertarik dengan draft beernya yang konon enak. Draft beer adalah beer yang disajikan langsung dari wadahnya berupa gentong yang terbuat dari kayu, biasanya kayu oak. Rasanya tidak seperti beer kaleng atau botol, lebih memiliki cita rasa dan aroma yang khas. Dengan 2 Euro sudah dapat satu gelas sedang draft beer plus free wifi. Beli bir segelas, nongkrong disana bisa berjam-jam wkwkw, maklum anak +62. Untuk menuju kota Cadiz, harus jalan cukup jauh, anehnya waktu itu jam 9 malam disana mataharinya belum tenggelam, masih bersinar terang, masih panas.

Suasana di bar


Tiap hari lihat-lihat toko dan nongkrong di bar lama-lama bosen juga. Suatu ketika kita diberi day off oleh si bos, saya dan satu orang teman punya rencana cari pantai, menurut google map, ada pantai yang dekat dengan kota jadi cucok lah buat jalan kaki kesana. Menurut mitos di Cadis juga ada nudist beach, kali aja beneran. Cuaca cukup panas, tapi tidak menyurutkan niat kami cari pantai. Dalam perjalanan kita menemukan street market. Ada seorang penjual mendekati kami, dia terlihat cukup tua, menanyakan darimana kita berasal. Mungkin karena kita dilihat muka-muka asia. Ketika kita bilang dari Indonesia dia terkejut, langsung ngomong pakai bahasa Indonesia dikit-dikit. Katanya dia dulu sering liburan ke Indonesia, tempatnya bagus-bagus, orangnya baik, suka senyum (dalam hati : untuk gak disebutin yang suka demo). Setelah cuap-cuap dan foto-foto bentar, kita lanjut cari pantai.

Salah satu orang lokal yang kami ajak foto


Ini pantai gak tau namanya tapi asli rame, siang hari orang-orang pada berjemur dibawah terik matahari yang menyengat. Untuk menyesuaikan dengan kondisi dan biar gak terlihat katrok, kita memutuskan jalan tanpa baju, celana doang biar terlihat lebih ke bule-bule an. Karena sangat terik, sunglass mesti terus nempel biar gak silau (biar gak silau apa biar bisa liat orang Spanish berjemur??? hehe).

Suasana di pantai yang sangat cerah.

Sampai di pantai kita bingung mau ngapain, mau nyemplung asli panas banget takut gosong. Kita putuskan untuk gelar pool towel di tempat yang agak teduh sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Kita sudah siapkan minuman dingin biar gak dehidrasi. Dari anak-anak, emak-emak, kakek-kakek dan teenager ramai bermain dan berjemur di bibir pantai, ada juga yang berenang. Setelah diperhatikan lagi, ada beberapa pengunjung pantai terutama yang wanita berjemur tanpa pakai atasan alias topless, dan dengan pede menjemur diri di bawah terik mentari. Pikiran saya mungkin karena emak-emak kali.


Selang beberapa saat ada sekumpulan remaja wanita yang kata orang seperti gitar spanyol datang dan duduk di sebelah kami (agak jauh). Dalam hati, gak mungkin lah abg-abg kaya gini berjemur juga lepas kutang. Mereka terlihat asik berjemur sambil bercerita. Kami juga dalam pose berjemur meskipun sebenarnya gak tahan. Asik meneguk soda sambil menikmati tiupan angin sepoi-sepoi, saya dikejutkan teman. “Cuy cuy noh lihat abg sini juga lepas kutang kalau berjemur!”. Sayapun sampai keselek coca-cola. Ternyata mereka dengan santainya menjemur badan topless sambil oles-oles sunscream dan rokokan. Takut dosa, sayapun cuma lihat bentar. Mungkin hal seperti itu sudah dianggap biasa disana. Kamipun sok cool, tidak jelalatan, mencoba seperti bule-bule yang lain.

Di depan pantai, sangat bersih.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kamipun segera balik menuju kapal dengan terlebih dahulu mengabadikan momen-momen di pantai. Sampai kapal kami cerita pada teman-teman, merekapun pada heboh ingin kesana juga.

Harta Karun Tersembunyi di British Columbia Parliament Buildings

Dikenal sebagai  “The Garden City “, Victoria yang merupakan ibu kota dari provinsi British Columbia adalah kota yang ciamik, menjadi tujuan wisata populer di Canada. Sesuai namanya, Victoria memang kota yang sangat cantik, karena sejumlah besar bangunan bersejarah tetap dipertahankan. Dua landmark yang paling terkena adalah Gedung Parlemen (British Columbia Parliament Buildings) yang selesai dibangun pada 1897, merupakan rumah dari Majelis legislatif British Columbia dan Hotel Empress (dibuka pada 1908). Tempat lainnya adalah Chinatown, tertua kedua di Amerika Utara setelah San Fransisco. Pokoknya arsitektur kotanya, baik dari rumah dan bangunan-bangunan bersejarah nuansanya klasik-klasik gitu deh. Victoria berada di ujung Selatan Pulau Vancouver lepas pantai Pasific Canada. Kota ini saya kunjungi pada Mei 2019 ketika bertugas di Ovatioan of The Seas , kapal ke 7 dengan itinerary Alaska-Canada.

Pelabuhan kapal pesiar di sini adalah Victoria Harbour yang merupakan pelabuhan pelayaran yang terletak di ujung selatan Pulau Vancouver. Ini adalah port yang paling sering dikunjungi pada pelayaran “Alaska Canada “. Saya telah beberapa kali mengunjungi Downtown Victoria untuk sekedar makan di restoran Cina atau membeli souvenir bersama teman-teman. Suatu ketika saya merencanakan untuk berpetualang sendiri karena sangat tertarik untuk mengunjungi Parliament Building yang terlihat begitu megah ketika beberapa kali lewat sini naik bus. Di sebelahnya terletak Hotel Empress yang terkenal dan bersejarah. Kalau saya ingin menjelajahi suatu tempat biasanya saya suka pergi sendiri karena lebih bebas, mau kemana-mana tidak tungguin teman, karena waktu yang terdedia terbatas, kurang lebih 2-3 jam harus balik kapal untuk kembali bekerja.

Terminal tempat menunggu bus

Posisi saya saat itu sudah jadi Stateroom Attendant / Room Boy, harus menyelesaikan 17 kamar terlebih dahulu sebelum bisa istirahat dan keluar kapal. Kalau sudah port day kerjapun jadi semangat luar biasa supaya bisa cepat keluar. Biasanya rajin cuap-cuap sama tamu, kalo port day sebisa mungkin kerjain kamar sambil sembunyi dari tamu supaya tidak diajak ngobrol. Orang bule kalau sudah ditemani ngobrol, waktu bisa habis 15 menit, kalau yang diajak ngobrol banyak bisa gak selesai-selesai kerjaan. Kalau mujur, kadang tamunya bilang gak usah kamarnya dibersihin katanya biar saya bisa cepat keluar, kalau apes bisa dapat kamar yang hancur lebur yang habisin waktu setengah jam lebih.

Parliament Building terlihat dari dalam bus

Kerjaan pun selesai, saya langsung cabut ke cabin, gak usah mandi langsung ganti baju. Biasanya makan di crew mess, karena ini port day jadi makannya di China Town saja. Disana ada restoran cina yang jual nasi goreng seafood enak banget, lumayan banget buat obatin homesick. Rute yang saya rencanakan kali ini adalah naik bus sampai Victoria Parliament Buildings, kemudian jalan kaki ke Victoria China Town untuk makan siang, setelah itu mencoba VR game di salah satu mall di downtown Victoria. Sekitar pukul 14.00 waktu setempat saya telah berada di luar kapal, cuaca mulai panas karena summer telah dimulai, jadi saya hanya mengenakan kaos dan jeans. Atasan kaos hitam Hard Rock Caffe yang dulu saya beli di Nassau Bahamas, bawah Jeans Alcot yang saya beli di Napoli Italia dan sepatu TOMS yang saya beli di Hawaii (barang diskonan semua kok hehe). Saya tidak membawa tas, hanya dompet dan smartphone yang terselip di celana karena niatnya cuma jalan-jalan bukan shopping.  Tiket bus dari port ke downtown Victoraia cukup murah, bayar 5 CAD pulang-pergi. Saya bersama beberapa crew di dalam bus, ketika tiba di depan Parliament Building, bus akan berhenti kemudian supirnya menanyakan apakah ada penumpang yang ingin turun, cuma saya saja yang turun lainnya ke downton semua. Cuaca super duper cerah, saya sungguh beruntung hari itu mendapatkan pemandangan yang super keren.

Baru turun dari bus sudah tersaji pemandangan yang spektakuler. Di depannya banyak kembang, ada juga orang pacaran atau temenan gak tau lah, dan dibelakang ada gedung parlemen megah dengan arsitektur Eropa yang membuat saya ingin bilang WOW! Menurut saya ini tempat cakep banget, kalau ajak istri atau pacar kesini dijamin auto romantic.

Ini tempat pokoknya Instagramable banget deh, mau tampang kaya apa aja foto di sini dijamin jadi cakep. Kurang puas rasanya lancong ke sini tanpa selfie, jadi jepret-cepret muka bentar meskipun muka-muka capek, tapi hasilnya cakep menurut saya hehe.

Setelah puas foto-foto dari depan, saya tidak sabar untuk masuk ke dalam gedung. Saya sudah persiapkan dollar Canada untuk bayar tiket. Dilihat semakin dekat gedung ini tambah memukau dengan desain yang megah dan tempatnya bersih banget.

Menuju pintu masuk Parliament Building.

Saya tidak melihat ada crew yang kesini hanya tamu-tamu kapal saja. Di depan sudah ada polisi yang berjaga, saya suka seragam polisi Canada, warna hitam dengan berbagai perlengkapan membuat police officer jadi kelihatan gagah. Saya tanya harga tiket masuk, bapak polisinya bilang “lu gak usah bayar deh, alias gratis tis tis tis” hehe, saya bilang “ceius pak??” Pak polisinya senyum lihat muka saya. Sebelum menjelajah ke dalam, semua pengunjung harus dicek dan barang-barang masuk x-ray scan terlebih dulu.

Informasi masing-masing lantai bangunan.

Bangunan ini terdiri dari 4 lantai, yaitu Ground Floor, Lantai 1, 2 dan 3. Jendelanya dihiasi oleh kaca warna-warni motif bunga-bunga, nuansa klasiknya sangat kental, jadi pengen punya dirumah.

Jendela-jendela di dinding bangunan yang terlihat begitu klasik.

Dinding-dinding bangunan dihiasi dengan foto-foto bersejarah beserta penjelasannya, Hall of Honor dan lain-lain. Sepertinya tempat ini dijaga dengan baik karena terlihat sangat rapi dan bersih serta barang-barang di dalamnya masih sangat terawat.

Jika melihat ke atas, langit-langit kubah bangunan ini dihiasi dengan lukisan dan berbagai ukiran yang membuat terlihat sangat mewah.

Yang menjadi incaran saya adalah melihat harta karun yang tersimpan di sini berupa simbol-simbol parlemen berwujud tongkat dan semacam gada (mace). Berdasarkan gambar yang dipajang di dinding bangunan, disini tersimpan tiga buah symbol parlemen yaitu The Current Mace, The Talking Stick, dan The Black Rod. The Current Mace ini memiliki berat 11 Pounds atau setara 5 Kilogram, telah mengalami perubahan bentuk sebanyak tiga kali sepanjang sejarah, terbuat dari perak asli dari Victoria yang dilapisi emas 24 karat (sejarah lengkap bisa dilihat di : https://www.leg.bc.ca/content-peo/Learning-Resources/The%20Mace%20Fact%20Sheet%20-%20English.pdf).

Sayangnya benda-benda ini tersimpan di tempat khusus yang tidak boleh dimasuki pengunjung karena sangat berharga dan bersejarah. Simbol-simbol ini ditempatkan di sebuah ruangan yang diisi terali, jadi saya tidak bisa melihat langsung, cuma bisa dilihat dari jauh saja.

Tempat penyimpanan simbol-simbol parlemen.

Setelah cukup lama berkeliling tiba waktunya keluar gedung, keluarnya lewat belakang. Tempak belakang bangunan ini cukup seram juga, mirip kaya di film Harry Potter, saya buru-buru pergi supaya tempat lainnya bisa terkejar.

Parliament Building tampak dari belakang.

Perjalanan selajutnya adalah ke seberang jalan untuk melihat Hotel Empress yang bersejarah, letaknya berdekatan dengan Parliament Building. Detail hotel ini bisa dibaca di https://en.wikipedia.org/wiki/The_Empress_(hotel). Karena waktu yang terbatas, saya hanya melihat-lihat dan foto dari depan hotel. Hotel ini terlihat sangat megah dan bangunannya bernuansa eropa klasik yang kental.

The Empress Hotel

Tujuan selanjutnya adalah makan siang di Victoria Chinatown. Saya harus berjalan kaki sepanjang kurang lebih 1,2 km melewati Government Street, 10 menitan sampai lah.

Suasana di sepanjang Goverment Street
Salah satu view di tengah downtown Victoria
Chinatown Victoria BC

Disini ada banyak restoran Cina, saya telah mencoba makan di beberapa restoran tapi ada satu restoran vaforit namanya Oriental Dragon. Restoran ini terletak di lantai dua, biasanya sepi. Saya tidak begitu suka dengan restoran yang ramai karena order makanan pasti lama.

Oriental Dragon Restaurant yang terlihat sepi.

Menu favorit saya adalah nasi goreng seafood pedas bertaburkan baby shrimp dengan segelas coke. Restoran Cina di luar Indo porsinya jumbo semua, kalau gak benar-benar lapar gak bakalan habis seporsi. Karena kelaparan, seporsi nasi goreng ludes dalam sekejap. Lumayan untuk mengobati rasa kangen akan masakan Indonesia. Saya bayar bill 17 CAD ditambah 5 CAD tips. Sebenarnya banyak tempat yang bisa dikunjungi di Chinatown, ada jual batu akik, toko barang second, sexshop dll, tapi saya harus buru-buru pergi ke sebuah mall di downton (lupa namanay) untuk main VR game.

Nasi goreng pesanan saya.

Mengambil rute yang tadi, perjalanan ke mall cukup dekat. Sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke mall ini dan ingin sekali main VR tapi kok yang pakai anak-anak semua, jadi malu pengen coba hehe. Karena Hasrat yang menggebu-gebu ingin mencoba, saya beranikan diri, bodo amat orang gak ada kenal saya juga disitu. Saya memilih game roler coster. Setelah mbak penjaganya suruh duduk di kursi game yang bentuknya kaya telur, kaca VR pun dipasang. Awalnya biasa saja, tapi lama-lama jantung saya mau copot karena gamenya terlihat sangat nyata dan extrame. Roler kosternya isi loncat dari jembatan putus yang sangat tinggi, ditambah kursinya juga goyang dan muter-muter, mau teriak takut dosa. Seru banget pokoknya, saya sangat menikmatinya. Durasinya hanya 15 menit dan saya harus merogoh kocek 10 CAD.

VR game di salah satu mall di downtown Victoria.

Sebenarnya waktu untuk jalan-jalan masih kurang, tapi apa daya harus balik ke kapal untuk shift sore. Tiap mau balik ke kapal rasanya sedih banget, seperti kembali ke dalam penjara, hiksss. Total trip hari ini menghabiskan uang 37 CAD, worthed lah. Semoga berguna dan memberikan ispirasi bagi pembaca semua.

New York : Ditipu Penjual Kamera

 

Explorer of the seas pada tahun 2011 memiliki home port di Bayone, New Jersey (Cape Liberty Cruise Port). Dari port ini, Statue of Liberty yang terkenal itu bisa dilihat. Sayangnya pas di port itu merupakan boarding day, jadi semua crew yang day shift tidak bisa lama jalan-jalan keluar. Kebetulan saya masuk malam bersama 3 teman lain, jadi pas boarding day di Bayone kita bisa jalan-jalan. Pihak kapal juga menyediakan free shuttle bus jika kita ingin ke down town. Ada juga tour ke kota New York tetapi kita harus bayar, murah cuma 5 USD per orang pulang pergi. Kalau ke down town Bayone kita sudah sering jalan-jalan, mulai dari pakai bus, taxi sampai pakai kereta. Mendengar ada tour ke New York saya langsung daftar. Dulu waktu kecil cuma bisa lihat di tv, sepertinya kalau ke sana langsung akan menjadi pengalaman yang menyenangkan, saya sangat bersemangat.

Shuttle bus menuju New York

Pertama kali ke New York tujuan saya cuma explorasi terlebih dahulu, jadi tidak banyak bawa uang. Perjalanan ke sana memakan waktu kurang lebih 25 menit.  Turun dari bus saya cuma bisa melongo sambil bilang wowww (maklum anak desa hehe). Memang benar Ney York adalah kota yang besar dan ramai seperti di TV. Sampai di sana saya jadi bingung mau ngapain dan mau kemana, yaudah muter-muter aja dulu.Bus menurunkan penumpang di suatu titik, saya harus benar-benar mengingatnya karena kalau tersesat atau pergi terlalu jauh dan tidak menemukan titik penurunan bus saya bisa ditinggal kapal.

Sudut Kota New York

New York adalah tempat yang bagus untuk menguras isi kantong karena terdapat berbagai outlet pakaian, sepatu, tas, jam, elektronik dengan harga diskon yang relative murah. Sampai di sana saya bingun mau beli baju, beli sepatu dll tapi bawa uang dikit.

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Hard Rock Café New York. Hard Rock Cafe terkenal diantara para crew kapal dan banyak yang mengoleksi t shirt dan pernak perniknya, saya tidak tahu kenapa. Saya juga ikutan beli t shirt sebagai kenang-kenangan, harganya lumayan mahal 25 USD (sampai sekarang masih, tidak pernah dipakai karena kekecilan). Keluar dari Hard Rock ketika iseng foto sana sini tiba-tiba ada cewek cakep banget jalan sendirian trus minta difotoin, lumayan…hehe

Hard Rock Cafe New York

Tempat selanjutnya yang menarik perhatian adalah Ripley’s Believe it or Not! Time Square. Disini banyak hal yang aneh-aneh mulai dari patung dengan bentuk wajah yang aneh, replica robot bumble bee, orang dengan tato aneh di sekujur wajah dan lain-lain. Untuk masuk ke sana tidak dikenakan tiket waktu itu. Acara ini juga pernah saya lihat di TV waktu kecil, jadi ini kesempatan melihat auditoriumnya langsung dan seperti biasa saya merasa sangat senang hehehe. Waktu berlalu begitu cepat kamipun harus kembli ke kapal menghadapi realita, kembali bekerja.

Ripley’s Believe it or Not! Odditorium
Replika Bumble Bee

Minggu berikutnya saya berencana ke New York lagi membeli beberapa t shirt dan beli kamera DSLR. Untuk itu di kapal saya sudah cek terlebih dahulu harga kamera online di Amazon. Saya putuskan membeli kamera Canon (lupa serinya). Saya cari nama sellernya kemudian saya search di google map dan screen shoot lokasinya sambil mereka-reka arah jalan, takut nanti tidak ada free wifi pas di sana. Saya bersama 3 teman dan crew lainnya, tetapi mereka semua berpencar mencari tempat belanja masing-masing. Karena niat membeli kamera, saya coba mencari lokasi toko yang sudah saya screen shoot. Dalam perjalanan, saya menemukan toko kamera lain yang besar dan ramai, tetapi karena itu bukan toko yang dicari, saya lanjutkan perjalanan. Ternyata tidak segampang yang saya kira, jalan berliku-liku yang ditemukan dan tidak sesuai bayangan. Akhirnya saya menemukan sebuah toko kamera dan souvenir tetapi itu bukan di alamat yang saya cari. Disana saya lihat ada seorang crew kapal Anand namanya yang tengah berbelanja, saya putuskan untuk masuk melihat-lihat.

Pengamen di sini beda lho…

Kamera yang dicari ternyata ada di sana, saya pun ingin mencobanya. Saya bilang ke penjualnya bahwa saya telah cek harganya online dan harusnya mendapatkan bonus tas. Si penjual pun mengiyakan. Saya coba jepret sana sini bersama Anand ternyata hasilnya bagus. Saya tanya Anand, dia bilang juga bilang kameranya bagus. Beberapa saat kemudian Anand bilang ingin pergi melihat-lihat ke toko yang lain, saya pun sendirian di sana. Ketika otak atik kamera penjaga toko menghampiri, orangnya brewok dan tinggi. Dia bilang kalau saya membuat pilihan yang salah, kamera Canon yang saya pegang memerlukan banyak lensa tambahan, beda penggunaan beda lensa, harga satu lensa pun lumayan mahal. Saya pikir iya juga ya, bisa-bisa saya keranjingan beli-beli lensa nanti. Kemudaian ia pun menyodorkan sebuah kamera Sony dengan integrated lense. Dia bilang “Ini kamera terbaik untuk pemula, bisa dipakai makro, jarak dekat, jarak jauh, autofocus dan banyak fitur lain dalam satu kamera, jadi kamu bisa hemat karena tidak perlu membeli lensa tambahan”. Saya jadi bingung pilih yang mana. Kemudian saya tanya harga kameranya, ternyata lebih mahal 150 USD dari camera Canon, saya juga tidak bisa cek harga online karena tidak ada Wi-Fi. Setelah saya hitung total uang yang dibawa, saya bilang ke penjualnya uangnya tidak cukup, sambil menunjukan sejumlah uang, diapun menghitungnya. Kemudian si pemilik toko menghampiri, dari wajahnya terlihat dia bukan warga US, mendengar dari nada bicaranya dia seperti orang dari wilayah eropa.

Anak-anak laundry

Dia memperkenalkan dirinya dan mengajak saya bersalaman. Dia bertanya apakah ini pertama kali saya mengunjungi New York, saya bilang tidak. Saya jelaskan kalau saya berlibur disini mengunjungi paman (bohong dengan maksud untuk menghindari dimahal-mahalin). Ketika saya bilang dari Indonesia dia terlihat terkejut, sambil memegang tangan saya, dia bilang “Temanku senang sekali kamu mengunjungi kota New York, saya sering ke Indonesia dan punya keluarga di sana, saya sangat menyukai Indonesia, orang Indonesia sudah saya anggap seperti keluarga”. Seperti terhipnotis, entah kenapa saya merasa senang dan mempercayai begitu saja pemilik toko itu. Kemudian dia bilang “Saya akan membantu kamu, tambah lagi sedikit saja maka kamera Sony ini akan jadi milikmu, kamu punya berapa dollar lagi di kantongmu?”. Saya pun mengeluarkan isi kantong (saya tidak membawa dompet), ada sekitar 38 USD. Si pemilik toko bilang, “Karena kamu teman baik saya, maka tambah lagi 35 USD”. Setelah pikir-pikir lagi saya pun setuju kemudian si penjaga toko mempersiapkan kameranya. Sebelum pergi pemilik toko memberikan struk belanja dari mesin kasir manual.

Kelaparan karena kebanyakan shoping

Selama perjalanan saya terus kepikiran, jangan-jangan harganya lebih mahal dari harga aslinya. Sampai di kapal saya cek harganya di Amazon, ternyata lebih mahal hampir 2 kali lipat dari harga aslinya. Saya pun tepok jidat sambil gigit jari, menyesali kecerobohan saya berbelanja. Saya mencoba menghibur diri, kalau beli online mungkin harga lebih murah tapi kita tidak tahu kualitas barangnya langsung. Untuk mengobati rasa penasaran minggu berikutnya saya ke New York lagi, mencari perbandingan harga di toko yang lain. Ternyata kamera yang saya beli harganya jauh lebih mahal dari harga pasaran. Saya merasa kesal dengan si penjual kamera itu. Saya tertipu dua kali. Pertama, harga kameranya lebih mahal dari harga pasaran, kedua udah lebih mahal malah saya mau nambah uang lagi. Saya pun mengiklaskan dan semenjak itu tidak pernah lagi beli barang di toko sembarangan. Saya lebih suka belanja barang online di Amazon atau Ebay.

Saya dan Menara Pisa

Sebagai seorang anak yang lahir di desa pada tahun 80 an teknologi tidak lah seperti sekarang. Dengan rumah di atas bukit, pada masa prasekolah saya belum merasakan namanya listrik dan televisi karena waktu itu belum masuk ke desa, untuk kebutuhan penerangan saya menggunakan lampu minyak tanah, bangun-bangun hidung jadi hitam hihihi. Baru pada awal masuk SD listrik masuk ke rumah. Waktu SD kelas dua, saya sangat terpesona melihat selembar poster yang tertempel di dinding kelas. Itu adalah gambar sebuah menara tapi condong ke saping. Dalam hati kecil, tempat seperti itu mungkin cuma ada di dongeng. Guru saya bilang itu adalah Menara Pisa, salah satu keajaiban dunia yang terletak di Italy. Ada kata ajaibnya saya pikir itu adalah suatu tempat yang sangat istimewa, saya menjadi semakin penasaran. Waktu itu saya tidak ada pikiran ingin kesana, mustahil lah saya cuma seorang anak SD, tempatnya juga entah dimana.

Waktu SD kelas 3 saya baru mengenal namanya TV, waktu itu ada dua pilihan, bisa beli TV hitam putih atau TV berwarna yang harganya lebih mahal. Keluarga saya memutuskan untuk beli TV berwarna, waktu itu mereknya SABA. Sebelumnya saya hanya mendengar cerita dari teman-teman tentang serunya nonton Doraemon atau Saint Seiya, akhirnya saya bisa menontonnya langsung dan ikut bercerita dengan teman-teman, itu membuat saya sangat senang. Saya juga sangat terpesona menonton tempat-tempat indah di dunia yang dihadirkan dalam berita atau film. Hati kecil saya berkata “Seandainya saya bisa ke tempat-tempat itu saya pasti akan merasa sangat senang”. Waktu SMP saya punya keinginan dalam hati, dalam hidup saya harus pernah merasakan keluar pulau dan keluar Indonesia. Saya tidak pernah ceritakan kepada siapapun. Dari sekolah ke rumah kadang jalan 5 km, makanya keinginan itu saya anggap cuma mimpi. Suatu ketika salah seorang kakak kelas mendapatkan study di Jepang dan dia mengirimkan fotonya selama di Jepang ke sekolah. Saya sangat terpesona, seandainya saya diposisinya dia, pasti sangat menyenangkan bisa mengunjungi Jepang, tempat yang sering saya lihat di film-film.

Waktu cepat berlalu dan mulailah masa-masa SMA. Waktu itu cita-cita saya mulai realistis, yaitu belajar dengan tekun supaya bisa dapat perguruan tinggi yang bagus, cepat bisa bekerja dan meningkatkan taraf hidup keluarga. Tidak ada sama sekali terbayang keinginan keluar pulau apalagi ke luar negeri. Jurusan yang membutuhkan uang banyak saya hindari untuk meringankan beban orang tua. Yang paling sedikit biayanya waktu itu adalah sekolah keguruan, itu menjadi pilihan. Waktu kuliah saya sangat yakin bahwa yang menjadi tujuan hidup adalah menjadi seorang guru atau dosen. Setelah tamat kuliah ternyata persaingannya malah ketat, banyak perguruan tinggi yang menamaatkan guru. Saya coba melamar PNS 5 kali tidak lulus, jadi guru honor gaji pas-pasan. Entah kenapa keinginan masa kecil saya muncul, ingin melihat dunia di luar sana. Akhirnya saya bekerja di kapal, mengunjungi berbagai tempat di dunia diantaranya Menara Pisa di Italy, Hirosima dan Nagasaki di Jepang, Amerika, Kanada, dan masih banyak lagi. Artinya mimpi masa kecil saya terwujud. Saya merasa sangat bersyukur dan juga tidak habis pikir, dari yang saya anggap cuma mimpi malah jadi kenyataan. Cita-cita menjadi seorang guru malah kandas.

Setelah saya membaca beberapa buku saya temukan namanya subconscious mind atau pikiran bawah sadar. Saya kira itu adalah hal yang berkaitan dengan hipnotis, tapi setelah dipelajari lebih lanjut, subconscious mind memegang peranan penting terhadap result dalam hidup kita. Segala sesuatu yang nyantol di alam bawah sadar besar kemungkinan menjadi kenyataan. Seperti yang dibilang Andrew Carnegie “Any idea that is held in the mind, that is emphasized, that is either feared or revered will, begin at once to clothe itself in the most convenient and appropriate physical form available” (Sumber: You Were Born Rich, Bob Proctor). Dengan kata lain segala sesuatu yang ada di pikiran kita baik yang kita sukai atau takuti akan menjadi hal fisik yang mendekati. Besar kemungkinan gambar menara pisa dan tempat-tempat lainnya di dunia nyantol di alam bawah sadar saya, menjadi sebuah tujuan/goal yang tidak saya sadari. Sementara menjadi seorang guru merupakan keinginan alam sadar saya, sehingga bertolak belakang. Kalau alam sadar kita anggap gas maka alam bawah sadar kita angap rem. Ketika arah mobil kita rasa tidak sesuai kita akan menekan rem kemudian menuju arah yang diinginkan. Begitupun alam bawah sadar akan mengarahkan kita ke tempat, keadaan, benda atau hal-hal yang tergambar jelas di dalamnya yang mungkin tidak kita ketahui.

Benar tidaknya cerita saya yang jelas Menara Pisa itu luar biasa indah dan menakjubkan. Waktu itu saya hanya mengeluarkan uang 20 USD untuk membyar shuttle bus ke Livorno, tempat dimana Menara Pisa berada. Bus harus parkir agak jauh dari Menara Pisa, jadi saya harus jalan sedikit untuk sampai disana. Cuaca agak dingin waktu itu tetapi pemandangan di sepanjang jalan sangat indah, terdapat beberapa penjual bunga di sepanjang jalan. Hal lainnya yang menarik perhatian saya adalah di beberapa tempat wisata di Italy selalu ada orang kulit hitam (mungkin imigran) yang berjualan berbagai macam tas bermerk terkenal di jalanan. Tasnya terlihat berkualitas dan persis seperti aslinya, harganya juga lumayan murah, tetapi saya tidak pernah membelinya, mencurigakan soalnya.

Pisa Baptistery

Untuk masuk ke Menara Pisa tidak dikenakan tiket masuk, tetapi jika kita ingin naik ke atas Menara Pisa baru dikenakan biaya, waktu itu kalau tidak salah harus bayar 20 Euro. Bangunannya terdiri dari tiga bagian yaitu Menara Pisa itu sendiri, disebelahnya ada Pisa Cathedral dan Pisa Baptistery. Saya sempat masuk kedalam Pisa Cathedral dan Pisa Baptistery, interiornya luar biasa indah, sayang foto dan video yang saya simpan di hardisk hilang semua, tinggal beberapa foto yang tersisa hiksss…